Biografi Ibnu Malik Al Andalusi Pengarang Kitab Alfiyah

Biografi Ibnu Malik: Kelahiran, Guru, Murid, Karyanya Lengkap

No Comments

Photo of author

By Afiyah Media

Ibnu Malik an-Nahwi (600-672 H) adalah salah satu ahli Nahwu terkemuka. Karya-karyanya telah mendapatkan perhatian khusus sejak di masanya, dan diterima dengan baik oleh para penuntut ilmu dan pengajar.

Beberapa karyanya telah tersebar luas dan terus dikenal hingga saat ini. Puisi menjadi bagian yang signifikan dari karya-karyanya.

Salah satu manzhumahnya (karya ilmiah berbentuk puisi) yang paling menonjol adalah urjuzah / الأرجوزة ( puisi yang memakai bahr rojaz. Bahr rojaz adalah salah satu jenis irama puisi Arab) ) terbesar yang ia susun, yang mengatur kaidah-kaidah Nahwu dan Sharaf, yang dia beri judul Al-Kafiyyah Asy-Syafiyah (الكافية الشافية) yang berisi sekitar tiga ribu bait.

Selanjutnya, ia membuat versi paling singkat dari urjuzah tersebut yang dikenal dengan sebutan Al-Khulashoh (الخلاصة) karena merupakan ringkasan dari Al-Kafiyah Al-Syafiyah. Versi singkat ini juga terkenal dengan sebutan Al-Alfiyah karena memiliki sekitar seribu bait.

Tidak ada manzhumah Nahwu yang mendapat perhatian seperti yang diterima oleh Al-Alfiyah Ibnu Malik, berupa tekad untuk menghafalnya, mempelajarinya, dan menjelaskannya, sepanjang zaman.

Hal ini menyebabkan pandangan orang-orang menjadi terhalang dari induknya yang menjadi sumber ringkasan ( yaitu Al-Kafiyah Asy-Syafiyah) dan juga dari qashidah-qashidah dan urjuzah Ibnu Malik lainnya yang merangkum banyak masalah bahasa (Lughah), Nahwu, dan Qiro’at.

Bahkan dapat dikatakan bahwa perhatian terhadapnya mengaburkan pandangan terhadap manzhumah Nahwu lainnya, seperti Al-Alfiyyah karya Ibn Mu’thi (wafat pada tahun 628 H) dan As-Suyuthi (wafat pada tahun 911 H), dan lain-lain.[i]

Profil

Berikut ini profil ringkas dari Ibnu Malik An-Nahwi yang diambil dari dua tulisan yang meneliti tentang Ibnu Malik dari banyak literatur yang terpercaya.

Kelahiran dan pertumbuhannya

Muhammad bin Abdullah bin Malik Ath-Tha’i dilahirkan di Kota Jayyan , Andalusia (Spanyol) pada tahun 600 H (1203 M). Pada saat itu, Andalusia sedang mengalami periode yang sulit dalam sejarahnya, di mana kekuasaannya jatuh ke tangan Kristen Kastilia.

Tidak banyak yang diketahui tentang kehidupan awal dari Ibnu Malik di Andalusia sebelum ia hijrah bersama orang-orang yang berhijrah ke Timur Islam setelah jatuhnya kota-kota Andalusia.

Namun, tidak diragukan lagi bahwa dia telah menghafal Al-Qur’an dan belajar dasar-dasar membaca dan menulis sebelum menghadiri majelis-majelis ilmu di negerinya.

Dalam bukunya yang terkenal, “Nafh ath-Thib”, Al-Muqri telah mencatat beberapa nama guru-guru Ibnu Malik yang mengajarkan ilmu kepadanya. Dia menyebutkan bahwa Ibnu Malik belajar Bahasa Arab dan Qiro’at dari Tsabit bin Khayyar dan Ahmad bin Nawwar, yang merupakan ulama dan imam-imam di Andalusia.[ii]

Hijrah ke Timur

Ibnu Malik melakukan hijrah ke Timur Islam selama periode serangan Kristen terhadap wilayah Andalusia. Penaklukan kota Jayyan, kota kelahiran Ibnu Malik, menjadi salah satu tujuan Raja Kastilia.

Jayyan adalah kota besar yang memiliki perencanaan yang baik, bangunan tinggi, dan dikelilingi oleh tembok yang kuat. Pada tahun 327 H (1230 M), kota ini mengalami pengepungan oleh pasukan Kristen, tetapi tidak jatuh ke tangan mereka.

Kemungkinan besar Ibnu Malik melakukan hijrah setelah pengepungan ini gagal, menuju Syam. Di san ia melanjutkan studinya dan berhubungan dengan para ahli Nahwu dan Qiro’at.

Ia belajar di Damaskus dengan Ilmuddin As-Sakhawi, seorang syaikh Qiro’at pada masanya, serta Mukrim bin Muhammad al-Qurasyi dan Al-Hasan bin Ash-Shabbah.

Setelah itu, Ibnu Malik pergi ke Aleppo, yang merupakan salah satu pusat para ulama pada masa itu. Di sana, ia belajar dengan Syaikh Muwaffaquddin bin Ya’isy, salah satu imam Nahwu pada masanya, dan juga duduk bersama muridnya, Ibnu ‘Amrun.

Dengan pengetahuan yang luas dan kecakapan dalam Bahasa Arab dan Qiro’at, Ibnu Malik mempersiapkan majelis-majelis ilmu di Aleppo. Orang-orang datang dari berbagai tempat untuk belajar darinya.

Para pelajar ilmu berkumpul di sekitarnya setelah ia menjadi imam dalam Qiro’at dan memahami berbagai variasi dan penyimpangan dalam qiro’at. Ia juga menguasai ilmu-ilmu bahasa Arab, memiliki pemahaman yang mendalam tentang Nahwu dan Sharaf yang tak tertandingi oleh siapa pun.

Selain itu, ia menghafal puisi-puisi Arab yang sering dinukil dalam bidang bahasa dan Nahwu. Kemudian, Ibnu Malik pergi ke Hama, di mana reputasinya telah mendahului kedatangannya dan dia tinggal di sana untuk sementara waktu. Di Hama, ia menyelenggarakan pelajaran bahasa Arab dan Qiro’at.

Setelah itu, ia meninggalkan Hama dan pergi ke Kairo. Di sana ia berhubungan dengan ulama dan para syaikh. Kemudian, Ibnu Malik kembali ke Damaskus, dan menyelenggarakan majelis-majelis ilmu di Masjid Jami’ Al-Umawi.

Ia diangkat menjadi imam di Madrasah Al-‘Adiliyah Al-Kubro dan diangkat sebagai kepala sekolah. Madrasah ini mewajibkan penguasaan dalam Qiro’at dan ilmu-ilmu Bahasa Arab. Ibnu Malik tetap sibuk mengajar dan menulis karya di Damaskus sampai akhirnya ia meninggal di sana.[iii]

Akhlak dan Sifatnya

Akhlak para ulama tercermin dalam diri Ibnu Malik. Semua yang menulis biografinya sepakat tentang keagungan akhlaknya dan kerendahan hatinya yang luar biasa.

Dikatakan tentangnya, ”Dia adalah orang yang dermawan, berakhlak baik, beradab dan relijius.” Juga dikatakan, ”Dia menjadi contoh teladan dalam hafalan, kecerdasan, kehati-hatian dari dosa (wara’), relijius, sikap yang baik, pemeliharaan dan kecermatan terhadap apa yang dia sampaikan dan memeriksanya.”

Dia memiliki akal yang unggul, berakhlak baik, halus, penuh kesopanan, berwibawa, dan berkomitmen untuk memberikan manfaat serta sabar dalam banyak membaca. Dia sangat bersemangat dalam mencari ilmu, bahkan dia menghafal delapan bait syi’ir (puisi) Arab sebelum kematiannya.”[iv]

Guru-Gurunya

Sumber-sumber yang menulis biografinya tidak menyebutkan banyak tentang kehidupannya di Andalusia sebelum dia pindah ke Timur. Namun, yang paling mungkin terjadi adalah bahwa dia menghabiskan tahun-tahun awal hidupnya hingga awal usia mudanya di Andalusia.

Hal ini bedasarkan bukti ia belajar dari dua ulama di sana. Mereka adalah Tsabit bin Khayyar al-Labli, yang dia pelajari Qiro’at Al-Qur’an darinya di Jayyan, dan Ash-Syallawbin, yang dia belajar darinya dan berteman dengannya selama sekitar tiga belas hari.

Adapun guru-gurunya di wilayah Syam adalah:

1. Al-Hasan bin Ash-Shabah: Dia belajar darinya di Damaskus.

2. Ibnu Abi Ash-Shaqr: Dia juga belajar darinya di Damaskus.

3. Ibnu Al-Khabbaz al-Maushili.

4. As-Sakhawi: Dia belajar darinya di Damaskus.

5. Ibnu Ya’ish: Dia belajar darinya di Aleppo.

6. Ibnu Al-Hajib: Dia belajar darinya di Damaskus.

7. Ibnu Amrun: Dia belajar darinya di Aleppo.

8. Muhammad bin Abi Al-Fadhl Al-Marsi: Dia belajar darinya di Damaskus.[v]

Murid-muridnya

Ibnu Malik mencapai posisi terkemuka di zamannya dan ia menjadi pemimpin dalam bidang Nahwu dan Qiro’at. Ia mendirikan sebuah sekolah ilmiah di mana sejumlah anak muda berbakat lulus dari sana dan memiliki pemahaman yang kuat dalam Nahwu dan bahasa Arab.

Beberapa murid terkenalnya antara lain :

  1. Putranya sendiri, Muhammad Badruddin, yang menggantikan posisi ayahnya dan menjelaskan kitab Al-Alfiyah.
  2. Ada juga Badruddin bin Jama’ah, seorang hakim besar di Mesir.
  3. Abu al-Hasan al-Yunini, seorang ahli hadits terkenal.
  4. Ibnu an-Nahhas, seorang ahli Nahwu terkemuka.
  5. Abu al-Tsana Mahmud al-Halabi, seorang penulis prosa di Mesir dan Damaskus.[vi]
  6. Wafatnya

Ketika Ibnu Malik meninggal dunia, ia dikenal sebagai seorang imam yang taat, zuhud, dan bertaqwa, sangat antusias terhadap ilmu dan hafalan. Bahkan, pada hari kematiannya, ia masih mampu menghafal delapan bait syi’ir (puisi) Arab.

Ia terkenal karena rajin membaca dan cepat dalam melakukan revisi. Ia tidak menulis apa pun dari apa yang ia hafal kecuali setelah ia melakukan revisi di berbagai buku sumbernya.

Dia selalu terlihat sedang beribadah, membaca Al-Qur’an, menulis, atau mengajar murid-muridnya membaca Al-Qur’an. Ia tetap dalam keadaan seperti ini sampai ia meninggal pada tanggal 12 Sya’ban 672 H (21 Februari 1274 M) di Damaskus. Jenazahnya dishalatkan di Masjid Umayyah.[vii]

Karya Ibnu Malik

Karya Ibnu Malik Al Andalusi Pengarang Alfiyah

Ibnu Malik adalah penulis yang sangat produktif. Ia memiliki bakat besar dalam menulis dan kemampuan yang luar biasa dalam penulisan. Ia menulis dalam bidang Nahwu, bahasa (Lughah), ilmu ‘Arudh (yakni ilmu yang mempelajari pola irama puisi Arab), Qiro’at, dan hadits. Ia menggunakan prosa dalam penulisannya, sebagaimana ia menggunakan puisi dalam beberapa karyanya.[viii]

Karya-karyanya mencapai empat puluh enam (46) buku, dua puluh delapan di antaranya dalam bentuk manzhumah syi’riyyah (berbentuk puisi). Karya-karyanya terbagi menjadi tiga bagian berdasarkan topiknya:

Buku-buku bahasa

  1. Al-I’lam bi Mutsallatsil Kalam ( الإعلام بمثلَّث الكلام ): Sebuah qasidah dengan jumlah bait sebanyak 2815, juga dikenal dengan judul Al-Mutsallats Al-Manzhum atau Al-Mutsallats fil-Lughah.
  2. Ikmal al-I’lam bi Tatsliits al-Kalam ( إكمال الإعلام بتثليث الكلام ): Sebuah penjelasan dari karya sebelumnya, dengan penambahan beberapa kata oleh muridnya, Ibnu Abi al-Fath.
  3. Ikmal al-I’lam bi Mutsallats al-Kalam (إكمال الإعلام بمثلث الكلام ): Sebuah arjuzah yang ditulis di Aleppo, dengan jumlah bait sebanyak 2755, ditujukan kepada Raja An-Nashir Imaduddin.
  4. Thulatsiyyat al-Af’al (ثلاثيات الأفعال ): Mencakup kata kerja yang memiliki pola / wazan : fa’ala dan af’ala) (فَعَلَ واَفْعَلَ) dengan makna yang sama, terkait dengan buku-buku sebelumnya.
  5. Tuhfah al-Maudud fi al-Maqshur wal-Mamdud (تحفة المودود في المقصور والممدود ): Sebuah qashidah hamzaiyyah, dengan jumlah bait sebanyak 161 dari bahr thowil.
  6. Syarh Tuhfah al-Maudud ( شرح تحفة المودود ): Penjelasan dari buku sebelumnya.
  7. Al-Irsyad fil Farqi Baina azh-Zha’ wa adh-Dhad ( الإرشاد في الفرق بين الظاء والضّاد ): Sebuah risalah tentang kata-kata yang memiliki bentuk yang mirip tetapi memiliki makna yang berbeda.
  8. Al-I’timad fi Nazha’ir azh-Zha’ wa adh-Dhad ( الاعتماد في نظائر الظاء والضاد ): Sebuah penjelasan dari buku sebelumnya, di mana kata-kata diatur berdasarkan urutan abjad.
  9. Al-I’tidhad fil Farqi Baina azh-Zha’ wa adh-Dhad (الاعتضاد في الفرق بين الظاء والضاد ): Sebuah qashidah dengan jumlah bait sebanyak 62, dilengkapi dengan penjelasan.
  10. Qashidah Zha’iyyah fil Farqi Baina azh-Zha’ wa adh-Dhad ( قصيدة ظائية في الفرق بين الظاء والضاد), beserta penjelasannya.
  11. Manzhumah fi Ma Warada min al-Af’al bil Wawi wa al-Ya’ ( منظومة فيما ورد من الأفعال بالواو والياء ): Sebuah qashidah ta’iyyah, dari bahr kamil, dengan jumlah bait sebanyak 67, yang disampaikan oleh As-Suyuthi dalam al-Muzhir.
  12. An-Nazhm al-Awjaz fi Ma Yuhmaz wa Ma la Yuhmaz (النظم الأوجز فيما يُهمز وما لا يُهمز ): Sebuah manzhumah tentang apa yang termasuk ke dalam mahmuz dan yang bukan mahmuz.
  13. Al-Wifaq fi al-Ibdal (الوفاق في الإبدال ): Sebuah buku ringkas tentang al-ibdal.
  14. Ma Ikhtalafa I’jamuhu wat tafaqa Ifhamuhu ( ما اختلف إعجامه واتّفق إفهامه ).
  15. Jam’ ul-Lughat al-Musyakkalah ( جمع اللغات المشكلة ).
  16. Adh-Dharab fi Ma’rifah Lisan al-‘Arab (الضَّرَب في معرفة لسان العرب ).
  17. Fatawa fi al-‘Arabiyyah (فتاوى في العربية ): Kumpulan fatwa yang dikumpulkan oleh beberapa muridnya.
  18. Al-Alfazh al-Mukhtalifah fi al-Ma’ani al-Mu’talifah (الألفاظ المختلفة في المعاني المؤتلفة ): Buku ini mengumpulkan kata-kata sinonim yang diatur berdasarkan topik.

Buku-buku Qiro’at Al-Quran

Ibnu Malik menyusun dua qashidah dalam Qiro’at Al-Qur’an, yaitu:

  1. Al-Malikiyyah (المالكية): Sebuah qashidah yang menunjukkan dan dinisbahkan kepada penysusunnya, mirip dengan qasidah Asy-Syathibiyyah.
  2. Al-Lamiyyah (اللامية ): Sebuah qashidah lamiyyah dalam Qiro’at Al-Qur’an, tanpa judul, yang menyoroti penambahan faidah-faidah yang ia tambahkan pada Asy-Syathibiyyah.

Buku-buku Nahwu dan Sharaf

Secara umum, Ibnu Malik menggabungkan Nahwu dan Sharaf dalam karya-karyanya, walaupun pembagian yang tegas antara keduanya tidak begitu jelas. Meskipun Nahwu lebih mendominasi, ia juga memberikan perhatian khusus pada Sharaf dengan lima buku yang berdiri sendiri.

Berikut ini daftar bukunya yang berkaitan dengan Nahwu:

  1. Al-Kafiyah al-Syafiyah (الكافية الشافية ): Sebuah arjuzah (puisi yang memakai bahr rojaz. Bahr rojaz adalah salah satu jenis irama puisi Arab) panjang yang terdiri dari sekitar tiga ribu bait dalam bentuk bahr rojaz . Nama arjuzah ini diambil dari dua pengantar karya gurunya, Ibnu al-Hajib. Di dalamnya, ia mencakup sebagian besar masalah Nahwu dan Sharaf. Ia menulisnya di kota Aleppo. Arjuzah ini merupakan sumber dari ringkasan Alfiyah.
  2. Syarh al-Kafiyah asy-Syafiyah (شرح الكافية الشافية ): Sebuah penjelasan untuk arjuzah sebelumnya.
  3. Al-Khulashoh (الخلاصة ): Sebuah arjuzah yang terdiri dari seribu dua (1002) bait. Arjuzah ini terkenal dengan nama Al-Alfiyah dan merupakan ringkasan arjuzah besar sebelumnya, yaitu Al-Kafiyah asy-Syafiyah.[ix]

Pujian Ulama

Berikut ini beberapa komentar ulama tentang Ibnu Malik dan karyanya, Al-Alfiyah:

  1. Al-Dzahabi berkata, ”Dia mengabdikan dirinya untuk mempelajari bahasa Arab dengan baik, hingga mencapai tingkat yang luar biasa. Dia menjadi seorang pakar yang tak tertandingi dan menjadi imam dalam bahasa Arab, serta ahli dalam Nahwu dan Tashrif ( Sharaf). Dia juga menjadi imam dalam hal hafalan syair-syair Arab dan pemeriksaannya. Dia memiliki agama yang kokoh dan ketakwaan yang teguh.
  2. Tajuddin As-Subki berkata, ”Dia memiliki agama yang kokoh, fasih dalam berbicara, banyak melakukan amalan sunnah, berpenampilan baik, serta memiliki hati yang lembut dan akal yang sempurna.
  3. An-Nawawi memuji dia dengan berkata, ”Guru besar kami yang di era kami telah mencapai puncak kepemimpinan dalam bahasa Arab…” Dan Imam An-Nawawi sering memujinya.”

Ibnu Malik, karena begitu kuat keikhlasannya, selalu berdiri di pintu Madrasah Al-‘Adliyah, seraya berkata, ”Apakah ada yang ingin belajar hadits, tafsir, atau hal-hal semacam itu? Aku membebaskannya dari tanggung jawabku.” Jika tidak ada yang tertarik, dia akan berkata, ”Aku telah terbebas dari fitnah menyimpan ilmu.”[x]

  1. Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah dalam kitabnya Syarh Alfiyah Ibni Malik berkata tentang kitab Alfiyah sebagai berikut:

”Yang dapat kami katakan adalah bahwa Alfiyah Ibnu Malik adalah karya yang abadi dan banyak dimanfaatkan, menjadi tujuan bagi setiap orang yang ingin mempelajari bahasa Arab. Banyak ulama yang telah menulis syarah, menyederhanakan, dan menjelaskan Alfiyah ini.” (Syarh Alfiyah Ibni Malik, Juz 1 hal. 13)[xi]

Demikian ulasan singkat Biografi ulama besar di bidang Nahwu-Sharaf, Bahasa Arab dan Qiro’at, Imam Ibnu Malik An-Nahwi. Semoga bermanfaat menambah wawasan tentang tokoh-tokoh besar dalam Islam.

Apa saja yang sesuai dengan kebenaran dalam tulisan ini adalah karena taufik dan rahmat Allah Ta’ala. Bila ada kesalahan di dalamnya adalah dari kami dan setan. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala mengampuni semua kesalahan kami dan kaum Muslimin.


[i] https://www.ajurry.com/vb/forum/%D9%85%D9%86%D8%A7%D8%A8%D8%B1-%D8%A7%D9%84%D9%85%D8%AA%D9%88%D9%86-%D8%A7%D9%84%D8%B9%D9%84%D9%85%D9%8A%D8%A9-%D9%88%D8%B4%D8%B1%D9%88%D8%AD%D9%87%D8%A7/%D9%85%D9%86%D8%A8%D8%B1-%D8%A7%D9%84%D8%B3%D9%8A%D8%B1-%D9%88%D8%A7%D9%84%D8%AA%D8%A7%D8%B1%D9%8A%D8%AE-%D9%88%D8%A7%D9%84%D8%AA%D8%B1%D8%A7%D8%AC%D9%85/28458-%D8%A5%D9%90%D9%85%D9%8E%D8%A7%D9%85%D9%8F-%D8%A7%D9%84%D9%86%D9%91%D9%8E%D8%AD%D9%92%D9%88%D9%90-%D8%A7%D8%A8%D9%92%D9%86%D9%8F-%D9%85%D9%8E%D8%A7%D9%84%D9%90%D9%83%D9%8D-%D8%A7%D9%84%D8%A3%D9%8E%D9%86%D9%92%D8%AF%D9%8E%D9%84%D9%8F%D8%B3%D9%90%D9%8A%D9%91

[ii] https://islamonline.net/archive/%D8%A7%D8%A8%D9%86-%D9%85%D8%A7%D9%84%D9%83-%D8%B5%D8%A7%D8%AD%D8%A8-%D8%A7%D9%84%D8%A3%D9%84%D9%81%D9%8A%D8%A9/

[iii] Ibid.

[iv] https://www.ajurry.com/vb/forum/%D9%85%D9%86%D8%A7%D8%A8%D8%B1-%D8%A7%D9%84%D9%85%D8%AA%D9%88%D9%86-%D8%A7%D9%84%D8%B9%D9%84%D9%85%D9%8A%D8%A9-%D9%88%D8%B4%D8%B1%D9%88%D8%AD%D9%87%D8%A7/%D9%85%D9%86%D8%A8%D8%B1-%D8%A7%D9%84%D8%B3%D9%8A%D8%B1-%D9%88%D8%A7%D9%84%D8%AA%D8%A7%D8%B1%D9%8A%D8%AE-%D9%88%D8%A7%D9%84%D8%AA%D8%B1%D8%A7%D8%AC%D9%85/28458-%D8%A5%D9%90%D9%85%D9%8E%D8%A7%D9%85%D9%8F-%D8%A7%D9%84%D9%86%D9%91%D9%8E%D8%AD%D9%92%D9%88%D9%90-%D8%A7%D8%A8%D9%92%D9%86%D9%8F-%D9%85%D9%8E%D8%A7%D9%84%D9%90%D9%83%D9%8D-%D8%A7%D9%84%D8%A3%D9%8E%D9%86%D9%92%D8%AF%D9%8E%D9%84%D9%8F%D8%B3%D9%90%D9%8A%D9%91

[v] Ibid.

[vi] https://islamonline.net/archive/%D8%A7%D8%A8%D9%86-%D9%85%D8%A7%D9%84%D9%83-%D8%B5%D8%A7%D8%AD%D8%A8-%D8%A7%D9%84%D8%A3%D9%84%D9%81%D9%8A%D8%A9/

[vii] Ibid.

[viii] https://islamonline.net/archive/%D8%A7%D8%A8%D9%86-%D9%85%D8%A7%D9%84%D9%83-%D8%B5%D8%A7%D8%AD%D8%A8-%D8%A7%D9%84%D8%A3%D9%84%D9%81%D9%8A%D8%A9/

[ix] https://www.ajurry.com/vb/forum/%D9%85%D9%86%D8%A7%D8%A8%D8%B1-%D8%A7%D9%84%D9%85%D8%AA%D9%88%D9%86-%D8%A7%D9%84%D8%B9%D9%84%D9%85%D9%8A%D8%A9-%D9%88%D8%B4%D8%B1%D9%88%D8%AD%D9%87%D8%A7/%D9%85%D9%86%D8%A8%D8%B1-%D8%A7%D9%84%D8%B3%D9%8A%D8%B1-%D9%88%D8%A7%D9%84%D8%AA%D8%A7%D8%B1%D9%8A%D8%AE-%D9%88%D8%A7%D9%84%D8%AA%D8%B1%D8%A7%D8%AC%D9%85/28458-%D8%A5%D9%90%D9%85%D9%8E%D8%A7%D9%85%D9%8F-%D8%A7%D9%84%D9%86%D9%91%D9%8E%D8%AD%D9%92%D9%88%D9%90-%D8%A7%D8%A8%D9%92%D9%86%D9%8F-%D9%85%D9%8E%D8%A7%D9%84%D9%90%D9%83%D9%8D-%D8%A7%D9%84%D8%A3%D9%8E%D9%86%D9%92%D8%AF%D9%8E%D9%84%D9%8F%D8%B3%D9%90%D9%8A%D9%91

[x] https://naseemalsham.com/subjects/view/41674

[xi] https://shamela.ws/book/36954/13#p1

Leave a Comment